Refleksi kesebelas dari perkuliahan filsafat merupakan pertemuan
pada 6 desember 2017 dengan bahasan tentang buku “ The Critic Of Pure Reason”.
Pada pertemuan kali ini Prof. Dr Marsigit, M.A mencoba membawa kami untuk
melihat dan merasakan suka duka memahami filsafat. Diawal pertemuan dengan
ditampilkannya tulisan dalam buku diatas suka membuat kami kelabakan karena
buku tersebut sebenarnya dalam bahasa jerman yang diterjemahkan kedalam bahasa
inggris, dan hal ini tantangan kami untuk memahami tulisan yang diterjemahkan
dari bahasa lain ke bahasa inggris. Selanjutnya dimulailah pendahuluan tentang
bagaimanakah hakikat pikiran itu.
Membahas tentang pikiran yang berbuah pada pemikiran memang selalu
menarik untuk diperbincangkan. Dalam “ The Critic Of Pure Reason” disampaikan bahwa setiap pikiran itu memiliki
prinsip dan apapun prinsipnya tidak ada yang salah dengan itu dan slah tidaknya
itu tergantu dengan ruang dan waktunya. Pemikiran merupakan gabungan antara
logika dan pengalaman manusia tertuang dalam truth dan disapionaheep. Main idea
dalam pikiran memenuhi prinsip konsesitendi dan kontradiksi dimana logika bersifat
berjalan dan terus berjalan tiada henti sedangkan pengalaman bersifat terbatas.
Pikiran yang tak terbatas dan pengalaman yang berbatas dinamakan dengan matafisik
(infinite regres).
Ada dan yang mungkin ada merupakan obyek dari hakikat makna berpikir. Berpikir menuju pengalaman
menyadari bahwa terdapat keterbatasan dalam memahami ilmu pengetahuan yakni
keterbatasan dalam kemampuan untuk mengetahui kemampuan berpiikir dan hakikat
berpikir. Dengan adanya keterbatasan ini, maka manusia harus menyadari adanya
keterbatasan. Namun, keterbatasan ini dapat melemahkan serta memtikan potensi.
Oleh karena itu, Imanuel Kant menyampaikan bahwa adanya keterbatadan ini bukan
berarti menghambat usaha-usahanya. Imanuel Kant tidak ingin terfokus pada keterbatasan dari berpikir mausia,
namun kebih dari itu ia menitik beratkan pada prinsip-prinsip yang ada di
selitar keterbatasan berpikir manusia. Melalui prinsip-prinsip ini kemudia ia
gunakan sebagai alat untuk memcahkan masalah yang ada sehingga menghasilkan dua
buah pokok pemikiran yaitu identitas dan kontradiksi. Identitas berkaitan
dengan A=A , identitas merupakan cari bahwa seseorang berusaha untuk terus
mencari potensi, sedangkan kontradiksi A tidak sama dengan A yang mencirikan
bahwa adanya proses membangun dalam kehidupan melalui pertentangan perjalanan
hidup.
Terima Kasih, mohon maaf Prof Jika ada ketidaksesuaian ataupun
kesalahan dari refleksi saya.
Arina Husna Zaini
PEP S2 B
17701251024
0 komentar:
Posting Komentar