Senin, 25 Desember 2017

Menyelami pemikiran Imanuel Kant melalui buku “ The Critic Of Pure Reason”

Refleksi kesebelas dari perkuliahan filsafat merupakan pertemuan pada 6 desember 2017 dengan bahasan tentang buku “ The Critic Of Pure Reason”. Pada pertemuan kali ini Prof. Dr Marsigit, M.A mencoba membawa kami untuk melihat dan merasakan suka duka memahami filsafat. Diawal pertemuan dengan ditampilkannya tulisan dalam buku diatas suka membuat kami kelabakan karena buku tersebut sebenarnya dalam bahasa jerman yang diterjemahkan kedalam bahasa inggris, dan hal ini tantangan kami untuk memahami tulisan yang diterjemahkan dari bahasa lain ke bahasa inggris. Selanjutnya dimulailah pendahuluan tentang bagaimanakah hakikat pikiran itu.

Membahas tentang pikiran yang berbuah pada pemikiran memang selalu menarik untuk diperbincangkan. Dalam “ The Critic Of Pure Reason”  disampaikan bahwa setiap pikiran itu memiliki prinsip dan apapun prinsipnya tidak ada yang salah dengan itu dan slah tidaknya itu tergantu dengan ruang dan waktunya. Pemikiran merupakan gabungan antara logika dan pengalaman manusia tertuang dalam truth dan disapionaheep. Main idea dalam pikiran memenuhi prinsip konsesitendi dan kontradiksi dimana logika bersifat berjalan dan terus berjalan tiada henti sedangkan pengalaman bersifat terbatas. Pikiran yang tak terbatas dan pengalaman yang berbatas dinamakan dengan matafisik (infinite regres). 

Ada dan yang mungkin ada merupakan obyek dari hakikat  makna berpikir. Berpikir menuju pengalaman menyadari bahwa terdapat keterbatasan dalam memahami ilmu pengetahuan yakni keterbatasan dalam kemampuan untuk mengetahui kemampuan berpiikir dan hakikat berpikir. Dengan adanya keterbatasan ini, maka manusia harus menyadari adanya keterbatasan. Namun, keterbatasan ini dapat melemahkan serta memtikan potensi. Oleh karena itu, Imanuel Kant menyampaikan bahwa adanya keterbatadan ini bukan berarti menghambat usaha-usahanya. Imanuel Kant tidak ingin  terfokus pada keterbatasan dari berpikir mausia, namun kebih dari itu ia menitik beratkan pada prinsip-prinsip yang ada di selitar keterbatasan berpikir manusia. Melalui prinsip-prinsip ini kemudia ia gunakan sebagai alat untuk memcahkan masalah yang ada sehingga menghasilkan dua buah pokok pemikiran yaitu identitas dan kontradiksi. Identitas berkaitan dengan A=A , identitas merupakan cari bahwa seseorang berusaha untuk terus mencari potensi, sedangkan kontradiksi A tidak sama dengan A yang mencirikan bahwa adanya proses membangun dalam kehidupan melalui pertentangan perjalanan hidup.

Terima Kasih, mohon maaf Prof Jika ada ketidaksesuaian ataupun kesalahan dari refleksi saya.
Arina Husna Zaini
PEP S2 B

17701251024

0 komentar:

Posting Komentar