Selasa, 31 Oktober 2017

Pelajaran Dibalik Jawaban

Refleksi Kelima (Pertemuan Ke delapan)
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Berikut ini merupakan refleksi kelima mata kuliah filsafat yakni pertemuan ke delapan pada tanggal 25 oktober 2017. Tak disangka-sangka ternyata pertemuan kali ini Prof. Dr Marsigit, M.A juga memberikan kami tes tanya jawab singkat tentang filsafat. Sungguh tak disangka-sangka. Metode pembelajaran pertemuan kali ini sama seperti pertemuan sebelumnya yakni mahasiswa mengajukan pertanyaan kepada Prof. Dr Marsigit, M.A dan beliau menjawabnya. Dari pertanyaan yang diajukan kepada beliau kami merefleksikan jawaban Prof. Dr Marsigit atas beberapa pertanyaan.
            Saudari evi mengajukan pertanyaan bahwa bagaimana supaya dapat mengerti alur  jawaban atas tes tanya jawab singkat yang diajukan. Selanjutnya Prof. Dr.Marsigit, M.A memberikan jawaban bahwa korelasi antara kegiatan komen pada blogger beliau dan tes jawab singkat sangat kecil dan mungkin tidak ada korelasinya. Namun, korelasi dari hal tesebut berdampak jangka panjang, oleh karena itu filsafat tidak jangka pendek. Prof. Dr Marsigit, M.A berpesan kepada kami untuk tidak mencoba mengambil jalan singkat, jalan pintas, instan untuk belajar filsafat seperti komen dengan hanya mengopas milik orang lain, mengopas komen artikel satu untuk artilel lainnya atau mengopas tulisan beliau. Menyelami pernyataan beliau bahwa beliau mendidik dan mengarahkan mahasiswanya untuk berfikir kreatif, aktif dalam kegiatan pembelajaran khususnya kegiatan komen pada blog beliau. Sejujurnya kami memang tipe orang yang kurang gemar untuk membaca dan setelah mendapat arahan beliau untuk membaca dan mengomentari setiap postingan di blog menjadi tantangan bagi kami untuk rajin dan aktif membaca serta memberikan komentar dan ini bukan sebuah hal yang mudah. Setelah beberapa kali kami membaca dan mengomentari postingan beliau di blog  bahwa setelah yang kami rasakan bahwa dalam belajar memerlukan proses, hijrah dari titik nol menuju ke arah kanan menuju bilangan positif yang lain yang mengertikan penambahan pengetahuan. Selain itu, yang kmai temukan dari pesan Prof. Dr Marsigit, M.A belajar tidak instan adalah mengajari kami untuk bersikap sabar, ikhlas dan tawakal pula tidak sombong. Jika tiba-tiba ada orang pintar dalam sekejab bisa saja dia sombong dengan ilmu yang didapat secara cepat.
            Beliau juga mengakatakan “anda merasa setelah saya jawab begitu sudah puas, seakan-akan itu final, mengapa pertanyaan anda tidak tentang pertanyaan tes jawab singkat tadi”. Setalah mendengar beliau menyatakan hal tersebut, baru kami tersadar bahwa selama tiga kali tanya jawab singkat memang tidak ada yang menanyakan terkait jawaban yang benar. Apa yang dinyatakan beliau benar bahwa kami menganggap jawaban itu sudah final, padahal jika dipikir-pikir masih ada banyak aspek yang perlu digali atas jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan beliau. Hal ini memberikan pelajaran bahwa sebagai menusia yang masih belajar bagaimana caranya berfilsafat, kami harus terus belajar, membaca dan mengembangkan pikiran agar pengetahuan yang dibangun tidak monoton karena masih banyak aspek yang sederhana namun justru memberikan makna yang begitu luas. Seperti yang beliau contohkan dengan kata “waduh” waduh nya material, perundang undangan, ilmu pengethuan normative dan spiritualitas memiliki makna yang berbeda-beda. Waduhnya spiritual dengan mohon ampun, tak berdaya, istighfar, waduhnya psikologi adalah gejala jiwa, waduhnya filsafat adalah intensi yakni mencari perhatian.
            Selanjutnya pertanyaan dari saudara hendrawan tentang apakah ikhlas itu tersembunyi. Prof. Dr. Marsigit, M.A memberikan jawaban bahwa ikhlas adalah sesuai aturan Tuhan, dan sebenar-sebanar tidak ada yang bisa mengetahui keikhlasan seseorang kecuali Tuhan dan orang-orang terpilih seperti nabi dan manusia hanya bisa melihat gelaja-gejalanya saja. Beliau pula menambahkan sebenar-benar orang tidak bisa mengaku dirinya ikhlas kecuali berusaha menuju ikhlas dan ikhlas absolut milik Tuhan. Inilah salah satu bahasan yang menurut kami menarik, karena dalam berfilsafat juga ada aspek spiritualitas.Berbuat ikhlas meruapakan hal yang paling sulit karena menantang hati dan jiwa untuk merelakan sesuatu yang boleh jadi berharga bagi hidup kita, adanya keiklasan salah satu cara untuk menurunkan ego dan boleh jadi meruntuhkan sombong yang kami miliki, seperti yang dijelaskan Prof. bahwa Tuhan tidak suka akan sifat sombong oleh karena iklas sangat penting di pelajari oleh manusia. Ikhlas tidak sekedar ikhlas, menurut ibnu ajibah r.a dalam kitab haqiqotul tasawuf bahwa ikhlas memiliki tiga tingkatan yakni awam, khawa, khawas al khawa, dan boleh kami masih mencoba berbat ikhlas berada tingkat yang paling bawah yakni awam. Orang awam yang melakukan ikhlas karena takut akan siksa Nya.
            Sekian beberapa pelajaran yang mampu kami petik dan sedikit diuraikan dibalik jawaban yang Prof. Dr Marsigit, M.A atas beberapa pertanyaan dari rekan-rekan PEP S2 B. Semoga kami dapat menjalani nasehat-nasehat Prof dan berlaku istiqomah. Amien. Terima Kasih.
Wasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Arina Husna Zaini
17701251024
PEP S2 B

0 komentar:

Posting Komentar