(Refleksi Pertemuan
Ke-9 ; 1 November 2017)
Filsafat
merupakan ilmu yang berkaitan dengan olah pikir, dimana pemikiran manusia
adalah alat yang digunakan untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya serta
seluas-luasnya. Sebuah ilmu pastilah memiliki pondasi dan begitulah dengan
filsafat. Filsafat memiliki tiga pondasi pokok yakni ontologi, epistimologi dan
aksiologi. Tiga pondasi ini memerankan peranan penting bagi seseorang untuk
berfilsafat.
Ontlogi
filsafat yakni berkenaan unsur dasar dari sesuatau dalam konsep ini adalah
konsep pikiran seperti unsur dasar permen apa, unsir dasar bajumu belum tentu
sama dengan unsur dasar bajuku. Oleh karenanya secara tepat dari perkuliahan
filsafat pada pertemuan ini bahwa ontologi filsafat adalah wadah dan isi. Bapak
Prof. Dr Marsigit, M.A mengungkapkan bahwa “tiada wadah tanpa isi, tiada isi
tanpa wadah”. Sedangkan epistimologi filsafat sendiri adalah sesuatu yang
bergerak, hal yang esensial di balik ontologi yakni adalah ada, mengada dan
pengada. Ada pastilah memiliki pengada maka ada tidak sekedar ada namun ada
harus mengada agar dia tidak mati. Aksiologi filsafat berkaitan dengan estik dan
estetika yakni nilai atau nilai
kepantasan dari sesuatu obyek. Ketiga
pondasi tersebut harus dipelajari dan dipahami dnegan bersamaan karena antara
pondasi satu dengan yang lain sangat berkaitan.
Setelah
membahas tentang tiga pondasi filsafat, diskusi dilanjutkan dengan forum tanya-
jawab . Pertanyaan pertama dari saudara arina (saya) yakni “Jika setiap orang memiliki landasan filsafat yang berbeda-beda maka
apakah titik temu dari filsafat masing-masing orang tersebut?”
Jawab
: Filsafat adalah dirimu masing-masing hal ini ada mikronya jika ingin
menemukan titik temu maka kita harus menarik makronya yakni makro yang ada
dilangit menjadi aturan atau prinsip. Maka jika filsafat mikro milik manusia
kebenarannya relative tetapi jika sudah kepada Tuhan maka kebenarannya adlaah
absolut.
Pertanyaan
kedua dari saudari diyah “ Bagaimana
filsafat memandang teknologi yang semakin menguasai dunia?”
Jawab
: adanya teknologi tergantung bagaimana yang menggunakannya, jika manusia mendefinisikan
baik maka insyaAllah semua menjadi baik dan jika manusia mendefinisikan buruk
maka keburukan bisa di taruh dimana pun. Oleh karenanya, berpikir postif itu
penting untuk menumbuhkan keyankinan yang baik.
Pertanyaan
ketiga dari saudari anin “ Kita belajar adalah dnegan memperlajari pikirna para
filusuf bagaima seseorang memandang filsafat orang baik apakah di tandai dia bisa berbahasa
analog?”
Jawab
: filsafat itu harus seimbang harus ada baik dan buruk. Adanya baik karena ada
buruk. Baik dan buruk silahkan bahwa hal tersebut adalah dirimu sendiri. Baik
dan buruk manusia adalah relative.
Sekian refleksi
pertemuan ke 9 dari mata kuliah filsafat semoga dapat bermanfaat. Terima Kasih
0 komentar:
Posting Komentar