Selasa, 26 Desember 2017

Menyimak Pagelaran Wayang : Hanoman Mission






Wayang merupakan salah satu tinggalan budaya nenek moyang yang hingga sekarang masih dilestarikan. Pagelaran wayang merupakan contoh nyata filsafat kehidupan manusia dimana di dalamnya di contohkan karakter yang bersifat baik, buruk dan lainnya. Oleh karena itu penting sekali menyelami dan memdalami kisah-kisah yang ada dalam perwayangan terlebih kita adalah orang jawa sebagai salah satu media pendidikan bagi kehidupan bersosial dan hubungan kepada Tuhan.

Pada kesempatan senin, 27 November 2017 pukul 20.00-22.00 kami Prodi PEP B berkesempatan menyimak pagelaran wayang di museum sono budoyo Yogyakarta dengan tema pertunjukan Hanoman Mission”. Pada pagelaran ini dikisahkan hanoman sebagai sosok yang identik dengan kekuatan yang sangat hebat yakni sanggup menghancurkan maksiat dan hawa nafsu yang buruk diutus oleh ramayana untuk memastika keadaan dewi sinta yang disandera oleh rahwana yang dikenal sebagai sosok raksasa yang jahat. Misi hanuman ini memang tidak mulus, hanuman harus berjuang melalui perang dengan Ramayana dan pasukannya sehingga sempat di penjara dan akhirnya dengan perjuangannya, hanuman mampu menemui dewi sinta meskipun dengan jalan sembunyi-sembunyi.

Secara filosofis kita dapat memetik nilai etika dalam kisah diatas bahwa manusia hidup harus berdasarkan kebenaran dan kebenaran sejati merupakan aturan dari Tuhan yang tertulis dalam Kitab dan disampaikan oleh Utusan Nya. Manusia tidak secara pragmatis dapat memperoleh kesadaran dan kenyataan sejati untuk menggapai kebenaran, namun manusia perlu mempersiapkan jiwa yang suci dan kuat dan memohon dengan bero’a kepada Tuhan agar diberikan jalan yang benar. Selain cerita diatas mengandung nilai kesetiaan yang dicontohkan hanuman kepada rajanya yakni Ramayana, hal ini dapat kita tarik benang merah dalam kehidupan sehari-hari bahwa manusia sebagai hamba Nya wajib setia  dan senantiasa bertaqwa kepada Nya untuk menggapai ridho Allah SWT.  Sedangkan nilai estetika dari pagelaran wayang kali ini terlihat dari berbagai komponen yakni tokoh wayang, peralatan, para personil dalang dan perangkatnya yang bersinergi secra sempurna untuk mendapatkan pagelaran yang apik sehingga mampu diserap nilai-nilainya oleh penonton.
Arina Husna Zaini
PEP S2 B

17701251024

Last Sesion : Belalang Mencoba Menggapai Logos

Rabu 20 desember 2017 hari yang tak pernah kami sangka merupakan kali terakhir perkuliahan filsafat ilmu dengan Prof. Dr Marsigit M.A. Pada pertemuan kali ini Prof. Memberikan kesempatan pada kami untuk mengajukan beberapa pertanyaan dan sekaligus refleksi penulis selama mengikuti perkuliahan filsafat dengan Prof. Dr Marsigit, M.A.

Pertanyaan pertama dari saudari Uswatun Hasanah yang bertanya mengenai proses terkejut di dalam filsafat. Kemudia Prof. Dr. Marsigit, M.A menjelaskan bahwa terkejut itu masuk dalam distruktif , oleh karena itu agar kita kita tidak terkejut haruslah membuat kejutan dengan masuk pada distruktif itu sendiri. Karena pada hakikatnya manusia hidup sebagai modeling yang melalukan simulasi hidup agar apa yang terjadi sesuai dengan harapan dan yang disimulasikan. Dalam simulasi, manusia membutuhkan informasi, informasi sangat penting karena jika manusia sudah memiliki informasi, dia dapat dengan mudah menghadapi distruktif itu sendiri. Selain informasi, manusia juga membutuhkan informasi internal hermeunetika sebagai salah satu informasi yang disimulasikan melalui pengalaman.

Pertanyaan selanjutnya dari saudara Indi yang mengajukan pertanyaan mengapa tokoh semar, gareng, petruk dan bagong selalu berada ditengah pertunjukkan wayang. Selanjutkan Prof. Dr Marsigit M.A menjelaskan bahwa dalam cerita wayang ketika waktu pagi hingga pertengahan yang keluar adalah tokoh-tokoh yang jahat kemudia dipertengahan keluar semar dan teman-temannya. Semar berada dalam perbatasan, semar berarti tersamar oleh karena itu yang tersamar ini wajib digali dan dicari karena dia merupakan simbol dari ilmu. Perbatasan juga merupakan sintesis, bagi siapa saja yang melewati batas dan mencapai sebuah pencapaian tertentu maka sejatinya dia telah menembuh ruang dan waktu.

Tak kenal maka tak sayang, begitulah pepatah yang kami rasa tepat untuk menemani perjalanan kami dalam menggapai belajar ilmu filsafat bersama Prof. Dr Marsigit, M.A . Belajar filsafat dengan beliau tidak hanya belajar secara formal materi filsafat, namun dalam belajar filsafat kali ini kami dikenalkan dengan landasan paling dasar sebelum melakukan pengembaran berpikir melalui filsafat yaitu landasan spiritual. Prof. Dr Marsigit M.A menekankan bahwa ketika belajar filsafat haruslah memiliki landasan dan landasan yang paling kuat adalah landasan spiritual masing-masing individual. Pesan yang tersirat dari apa yang disampaikan oleh Prof Dr. Marsigit M.A bahwa dalam setiap tindakan manusia tidak boleh terlepas dengan spiritual, manusia harus selalu ingat dengan Tuhannya melalui dzikir, istigfar, dan berdoa’a. Oleh karena itu, disetiap kali pertemuan Prof. Dr. Marsigit, M.A selalu mempersilahkan kami untuk menjatkan do’a.

Filsafat Berkenaan dengan pengembaraan manusia dalam pikir, oleh karena itu untuk mengembangkan pikiran, manusia perlu memiliki pengetahuan filsafat yang diperoleh melalui baca , baca dan membaca.  Sebelumnya kami ucapakan kepada Prof. Dr Marsigit, M.A yang telah memberikan fasilitas bagi kami berbagai macam bacaan dan link yang tentunya sangat bermanfaat bagi kami. Kami merasakan dengan membaca dan memberikan tanggapan pada setiap artikel Prof. dapat melatih insting dan intuisi kami dalam berpikir dan menulis. Yang selalu mengena bagi kami bahwa dalam belajar, manusia harus meruntuhkan segala eginya, haruslah terlepas dari sifat sombong, riya, khibir dan sejenisnya karena sebenarnya manusia hanyalah manusia ciptaan Nya dan apa yang melekat dalam dirinya hanyalah titipan Allah SWT. Oleh karena itu, manusia harus menetapkan hatinya agar tidak terjadi kekacauan di dalamnya.

Sebenarnya banyak yang ingin kami sampaikan Prof. Namun kami bingung ingin menyampaikan apa karena terlalu banyak manfaat dalam proses pembelajaran filsafat dengan Prof. Dr Marsigit, M.A. Mohon do’a nya Prof. agar kami dalam mengamalkan dan mempraktikkan ilmu yang dapat dari pembelajaran filsafat ini.


Bisa mengikuti perkuliahan filsafat dengan Prof. Dr. Marsigit, M.A merupakan kesempatan yang tiada duanya dan merupakan keberuntungan tersendiri bagi kami dapat menimba ilmu dari beliau. Semoga Prof. Dr Marsigit , M.A beserta keluarga senantiasa berada dalam Lindungan Nya dan selalu barakah apa yang menjadi tujuannya. Amien. Terima Kasih. Prof. pastinya kami akan merindukan perkuliahan filsafat ini. 

Senin, 25 Desember 2017

Faktor "X" : Sarana Mengapai Ridho Tuhan


Kamis, 14 Desember 2017. Pertemuan perkuliahan filsafat kali ini dipindah pada hari kamis karena suatu hal. Namun, meskipun bergitu perkuliahan tetap berjalan lancar seperti biasa. Inti dari pertemuan kali ini membahas mengenai manusia yang memiliki berbagai variable yang terwujud dalam berbagai faktor dalam maupun luar dirinya. Oleh karena itu manusia harus menyeimbangkan segala hal dalam dirinya untuk menggapai Ridho Allah SWT yang hadir memalui berbagai jalan yanh tak diduga-duga.

Ada dan yang mungkin ada merupakan kehendak Allah SWT. Kehendak Allah SWT tidak terlepas dari berbagai faktor yang ada didalam dan diluar diri manusia. Oleh karena itu segala sesuatu yang terjadi dalam diri manusia merupakan Kuasa Allah SWT melalui manusia maupun alam.  Namun sering kali manusia tidak sadar dan hanya terfokus pada faktor yang ada didalam dirinya sendiri sehingga melupakan bahwa diluar sana masih banyak hal yang harus dia lakukan untuk eksis dan membangun komunikasi.

Berbagai faktor yang ada didalam diri manusia biasa disebut faktor “X” . Faktor “X” yang ada diluar diri manusia terkadang merupakan hal yang paling penting dari pada dalam diri manusia karena faktor diluar diri manusia memberikan tantang bagaimana manusia membangun komunikasi yang baik antara manusia dan alam serta bagaiman manusia mampu menempatkan dengan tepat ruang dan waktunya. Faktor “X” diluar diri manusia dapat menjadi penyebab seseorang menjadi terpilih. Keterpilihan manusia sejatinya tidak pernah terduga-duga meskipun ada yang mengerti, maka yang mengerti itu juga diperoleh melalui belajar secara ontologi. Oleh karena itu berikhtiar dan berdoa meruapakan hal yang penting untuk dilakukan manusia. Tidak hanya berangan angan dan bermipi, karena segala yang diperoleh tidak datang secara prakmatis. Keterpilihn manusia sejatinya bukan rencana dan manipulasi manusia. Keterpilihan manusia menduduki sebuah posisi sejatinya karena rencana Allah SWT yang didukung karena amalnya terhadap lingkungan sebagai faktor “X” dan faktor yang ada di dalam dirinya sehingga jika ada sesuatu yang menduduki posisi dengan tanpa usaha dan ikhtiar maka hal itu sebuah kebohoingan besar dan menyalahi aturan Allah SWT.

Hidup merupakan perjalan menuju tingkat yang lebih tinggi yakni dari titik 0 mencoba menggapai titik yang ada diatasnya yakni 1,2,3,4 . Hal ini merupakan salah satu wujud dari iktiar manusia karena anugerah yang diberikan tuhan yakni memaksimalkan potensi serta menjalin hubungan dengan manusia dan alam. Ketika mausia berada dilevel yang lebih tinggi amak dia akan lebih banyak bertemu bermacam-macam orang dan golongan disinilah titik tantang bagi pada manusia untuk menempatkan ruang dan waktu yang tepat.

Terima Kasih, mohon maaf Prof Jika ada ketidak sesuaian ataupun kesalahan dari refleksi saya.
Arina Husna Zaini
PEP S2 B

17701251024

Menyelami pemikiran Imanuel Kant melalui buku “ The Critic Of Pure Reason”

Refleksi kesebelas dari perkuliahan filsafat merupakan pertemuan pada 6 desember 2017 dengan bahasan tentang buku “ The Critic Of Pure Reason”. Pada pertemuan kali ini Prof. Dr Marsigit, M.A mencoba membawa kami untuk melihat dan merasakan suka duka memahami filsafat. Diawal pertemuan dengan ditampilkannya tulisan dalam buku diatas suka membuat kami kelabakan karena buku tersebut sebenarnya dalam bahasa jerman yang diterjemahkan kedalam bahasa inggris, dan hal ini tantangan kami untuk memahami tulisan yang diterjemahkan dari bahasa lain ke bahasa inggris. Selanjutnya dimulailah pendahuluan tentang bagaimanakah hakikat pikiran itu.

Membahas tentang pikiran yang berbuah pada pemikiran memang selalu menarik untuk diperbincangkan. Dalam “ The Critic Of Pure Reason”  disampaikan bahwa setiap pikiran itu memiliki prinsip dan apapun prinsipnya tidak ada yang salah dengan itu dan slah tidaknya itu tergantu dengan ruang dan waktunya. Pemikiran merupakan gabungan antara logika dan pengalaman manusia tertuang dalam truth dan disapionaheep. Main idea dalam pikiran memenuhi prinsip konsesitendi dan kontradiksi dimana logika bersifat berjalan dan terus berjalan tiada henti sedangkan pengalaman bersifat terbatas. Pikiran yang tak terbatas dan pengalaman yang berbatas dinamakan dengan matafisik (infinite regres). 

Ada dan yang mungkin ada merupakan obyek dari hakikat  makna berpikir. Berpikir menuju pengalaman menyadari bahwa terdapat keterbatasan dalam memahami ilmu pengetahuan yakni keterbatasan dalam kemampuan untuk mengetahui kemampuan berpiikir dan hakikat berpikir. Dengan adanya keterbatasan ini, maka manusia harus menyadari adanya keterbatasan. Namun, keterbatasan ini dapat melemahkan serta memtikan potensi. Oleh karena itu, Imanuel Kant menyampaikan bahwa adanya keterbatadan ini bukan berarti menghambat usaha-usahanya. Imanuel Kant tidak ingin  terfokus pada keterbatasan dari berpikir mausia, namun kebih dari itu ia menitik beratkan pada prinsip-prinsip yang ada di selitar keterbatasan berpikir manusia. Melalui prinsip-prinsip ini kemudia ia gunakan sebagai alat untuk memcahkan masalah yang ada sehingga menghasilkan dua buah pokok pemikiran yaitu identitas dan kontradiksi. Identitas berkaitan dengan A=A , identitas merupakan cari bahwa seseorang berusaha untuk terus mencari potensi, sedangkan kontradiksi A tidak sama dengan A yang mencirikan bahwa adanya proses membangun dalam kehidupan melalui pertentangan perjalanan hidup.

Terima Kasih, mohon maaf Prof Jika ada ketidaksesuaian ataupun kesalahan dari refleksi saya.
Arina Husna Zaini
PEP S2 B

17701251024

Ideologi Pendidikan: Transformasi Menuju Pendidikan Kontruktivisme


Menyoal pendidikan di Indonesia memang tiada habisnya, pada pertemuan perkuliahan pada  Rabu 29 november 2017 ini kami mencoba menyoroti pembahasan mengenai teori pendidikan yang berusaha dan mencoba untuk melakukan refleksi, evalusi dan transformasi menuju pendidikan kontruktivisme.

Pekembangan pendidikan di Indonesia saat ini masi berorientasi pada tujuan berdasarkan ambisi orang tua, ambisi Negara dan system pendidikan yang ada. Tujuan yang seperti ini cenderung akan menghasibi anak muda. Dimana berbagai rancangan pembelajaran mendiskriminasi para siswa seperti teori belajar , Peran guru yang masih sekedar sebagai pelaksana,  Kedudukan siswa dipandang sebagai empety vessel yang harus diisi,  teori evaluasi yang berpedoman pada evaluasi eksternal beruapa ujian nasional serta sumber belajajr yang dipandang masih tradisional dan kurangnya media pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam belajar.

Merencang pembelajaran kontenporer yang menyatukan satu komponen yang satu dengan yang lain memang tidak mudah, karena beribu komponen tak terhitung harus bersinergi agar pembelajaran terlaksana dengan maksimal. Teori belajar kontenporer, inovatif merupakan teori pembelajaran ang berpusat pada kontruktivisme. Teori ini berusaha memberikan pelayanan pendidikan dimana pembelajaran dirancang agar apa hyang dipelajari siswa tidak abstrak dapat dibayangkan,. Peran guru tidak hanya sebagai pelaksana, namun lebih dari itu guru merupakan fasilitator bagi siswa untuk mengembangkan segala potensi yang ada. Dipandang dari kedudukan siswa , diketahui bahwa pembelajaran kontenporer menempatkan siswa sebagai actor belajar, subyek belajar, oleh karena itu dengan model pembelajaran yang dirancang guru, siswa diharapkan aktif secara pikiran, maupun fisik dalam pembelajaran.  

Setelah melakukan pembelajaran, system evaluasi yang diterapkan dalam teori kontruktivisme, dirancang agar tidak sekedar mengevaluasi system pembelajaran secara eksternal.  Namun, evaluasi pembelajaran dinilai dengan berbasis kelas,  proses, dan portofolio. Penilian seperti ini memberikan motivasi kepada siswa untuk semangat menyusun tugas karena tugas yang diberikan tidak sekedar tugas rutin. Yang terpenting dalam proses pembelajaran dan tak boleh terlupakan adalam sumber belajar dan media pembelajaran.  Sumber belajar dan media dalam teori kontruktivisme tidak pasrah dan manum dengan apa yang diberikan pemerintah, namun yang terenti adan pengadaan buku dan media adalah kreatifitas guru. Hakikat LKS dan media pembelajaran adalah produk dan karya guru, tidak bisa LKS dipatenkan untuk semua sekolah.  Oleh karena itu guru ditantang untuk mengasah kreatifitasnya memanfaatkan lingkungan yang ada.

Contoh kreativitas guru dalam merancang media pembelajaran diperagakan oleh teman dari Prof. Dr Marsigit, M.A yang berasal dari jepang untuk mengisi workshop pengembangan alat peraga IPA. Beliau dari jepangan hanya membawa satu tas dan tidak membawa alat apa-apa, namum beliau minta untuk diantar untuk kepasar barang bekas untuk mencari beberapa alat bekas, dan ternyata melalui alat-alat bekas (hairdryer  dan bola) beliau memberikan contoh alat peraga yang brilliant, ekonomis dan mudah untuk dicari. Nah inilah contoh bahwa inovasi tergantung pada kreativitas.
Terima Kasih
Arina Husna Zaini
PEP S2 B

17701251024

Hermeneutika Hidup


Rabu, 22 november 2015 . Perkuliahan kali ini tak seperti biasanya tanpa tes jawab singkat dan metode pembelajaran yang berbeda. Prof Dr Marsigit, M.A membawakan dan menyampaikan materi dengan menggunakan metode ekpositori. Ekspositori dimaknai sebagai metode yang pamer dengan menayang kan sehingga munculkan ekspetasi yang tinggi tentang pencapaian yang diperoleh orang yang belajar
Setiap ada dan yang mungkin ada semua mengalami hemenunitika. Unsur dasar hermenitika adalah abstraksi. Oleh Karena itu, hemenitika kehidupan digambarkan lurus dan melingkar. Lurus menggambarkan bahwa kehidupan yang telah kita lewati tidak akan kembali ataupun tidak akan pernah mengulani hal yang pernah kita lewati  dan melingkar menandakan bahwa hidup itu berpola yakni kita dapat berada ditempat yang sama melakukan judul kegiatan yang sama namun dengan isi yang berbeda. Abstraksi hermeunitikan diatas menggambarkan agar manusia peduli dan sadar akan adanya ruang dan waktu. Dalam gambar dijelaskan bahwa titik-titik dalam lingkara hermeunitikan dibagi menjadi tiga bagian besar yakni hal rutin, mengembang (kontruktivis) , dan meruncing (saintifik). Jika dilihat dari segi pendidikan, bagian yang meruncing merupakan saintifik, mengembang berarti spiritual dan yang paling besar merupakan bagian dari membangun yakni membangun yang ada dan yang munkgin ada, membangun wajah dan bodi
Dalam menuntut ilmu tidak cukup dan tidak benar jika berdiri sendiri, maka haruslah ada interaksi ataupun saling silatirahmi dan berparasangan. Secara ontologis pasangan yang sempurna adalah antara wadah dan isi, maka sebenar-benar herminitika  hidup merupakan wadah dan isi, nama dari seseornag dan karyanya, tesis dan anti tesis. Saling berpasangan merimplikasi untuk saling berinteraksi, saling melakukan diskusi dan melakukan berbagai macam aktivitas.
Selanjutnya, digambarkan dimensi tiga dalam dimensi datar yang memiliki struktur , semakin keatas semakin lembut  dan dibawah semakin kasar menuju dunia nyata . Sedangkan lambang mtk diatas karena sangat formal berisi hal bersifiat umum. Ada perantara yang harus dimiliki agar seseorang dapat naik gunung yakni kemampuan.  Setiap orang merupakan gunung segala sifat dalam akademik professor adalah gunung. Bagi yang ingin belajar maka perlu mendaki gunung yang dimiliki oleh professor. Yakni gunung ilmu filsafat, bahasa inggris, matematika dan lainnya.

Terima Kasih
Arina Husna Zaini
PEP S2 B

17701251024

Tentang filsafat : Wadah dan Isi

Refleksi kedelapan merupakan hasil dari perkuliahan pada hari rabu tanggal 15 november 2017 pukul 11.10-12.50. Kali ini posisi duduk dalam peekuliahan ini berada di sebelah kanan tengah dari ruangan. Selanjutkan, seperti biasa untuk mengetahuan sejauh mana apersepsi tingkat pengetahuan mahasiswa sebelum mengikuti perkuliahan, Prof Dr. Marsigit, M.A memberikan kami tes jawab singkat dengan teman wadah dan isi.
Wadah dan isi merupakan dua hal yang berbeda namun tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Jika ditanya penting yang mana antara keduanya maka tiada pilihan yang paling tepat kecuali menjawab kedua-duanya. Diibaratkan air sebagai isi dan teko ataupun gelas sebagai wadah, maka orang tidak dapat mengambil air untuk minum tanpa adanya wadah yakni berupa teko, gelas maupun mug dan tiada guna sebuah gelas, teko maupun mug bagi orang yang kehausan tanpa adanya isi berupa air.
Semua yang ada di dunia memiliki wadah dan isinya masing-masing. Dicontohkan bahwa sebuah angka memiliki wadah berupa lambang. Angka merupakan lambang dari sebuah bilangan. Bilangan masih bersifat abstrak , sehingga tak dapat dilukiskan oleh karena itu angka merupakan wujud dari bilangan yang memiliki sifat abstrak. Sedangkan, isi dari angka adalah nilai. Isi merupakah hal yang termuat dalam sebuah wadah. Wadah yang tak berisi tetap terisi yakitu tak terisi itu sendiri. Wadah dan isi patut dipahami oleh setiap orang terlebih para pencari ilmu untuk mengembangkan pemikirannya bahwa segala sesuatu patut dikembangkan dan dijalankan sesuai dnegan wadah dan isinya. Seperti wadahnya formal adalah kitab, kitab merupakan kalam Allah SWT yang didalamnya berisi berbagai macam hal yang digunakan sebagai pedoman kehidupan, maka tiada peraturan formal yang mutlak kecuali dari Tuhan. Sedangkan isi dari formal adalah penerapan dari segala yang ada dalam kitab. Penerapan ini tercermin dalam aplikasi kehidupan sehari-hari manusia. Menjadikan isi kitab sebagai pedoman hidup , bertindak, berpikir serta mengambil keputusan. Selanjutnya salah satu pertanyaan uang disampaikan dalam pertemuan kali ini yaitu
Uswatun Hasanah : Mengapa seseorang mengalami persepsi yang salah dan mengalami djavu?
Prof. Dr Marsigit, M.A: Dalam filsafat tidak ada persepsi salah hanya tidak sesuai denga ruang dan waktu. Tidak sesuai dengan yang ada di dalam persepsi. Yang ada nol namun menjawabnya 100. Ruang dan waktu tidak dapat dipisahkan kita tidak dapat menunjuk waktu tanpa tempat pula sebaliknya. Persepsi merupakan salah satu hal yang membedakan manusia dan robot dan kalkulator maupun komputer. Meskipun komputer memiliki kapasitas memori 1 tera tetapi tidak dapat menandingi rumitnya pikiran. Manusia dapat mengalami kesadaran dan tidak,  jarak antara sadar tidak sadar sangat luas, dan hal itu yang mempengaruhi pikiran (persepsi), persepsi terhadap suatu hal dalam waktu yang sama dapat menghasilkan hal berbeda pula . Oleh kare ini segala yang dirasakan manusia akan menjadi bayangan sehingga menjadi persepsi. Persepsi adalah tes jawab singkat. Mengenai djavu yakni keadaan yang mitip itu semilyar pangkat semilyar, manusia adalah manusia yang tidak sempurna dalam hal membedakan, manusia cenderung tidak sabar untuk dicoba akhirnya menyimpulkan hal itu mirip (Djavu)
Tri wulanningrum : Terkadang dalam mimpi saya sadar bahwa saya sedang bermimpi maka dalam diri saya sebenarnya terjadi apa ?
Prof Dr. Marsigit, M.A : Hal itu merupakan kreativitas dari mimpi. Hal ini juga yang membuat Rebe de scartes bingung. Merupakan salah satu kepastian dia tidak tidur adalah pertanda dia bertanya maka dialah yang tidak bermimpi.

Terima Kasih
Arina Husna Zaini
PEP S2 B

17701251024