Menyoal pendidikan di Indonesia memang tiada habisnya, pada
pertemuan perkuliahan pada Rabu 29
november 2017 ini kami mencoba menyoroti pembahasan mengenai teori pendidikan
yang berusaha dan mencoba untuk melakukan refleksi, evalusi dan transformasi
menuju pendidikan kontruktivisme.
Pekembangan pendidikan di Indonesia saat ini masi berorientasi pada
tujuan berdasarkan ambisi orang tua, ambisi Negara dan system pendidikan yang
ada. Tujuan yang seperti ini cenderung akan menghasibi anak muda. Dimana
berbagai rancangan pembelajaran mendiskriminasi para siswa seperti teori
belajar , Peran guru yang masih sekedar sebagai pelaksana, Kedudukan siswa dipandang sebagai empety
vessel yang harus diisi, teori evaluasi
yang berpedoman pada evaluasi eksternal beruapa ujian nasional serta sumber
belajajr yang dipandang masih tradisional dan kurangnya media pembelajaran
untuk memudahkan siswa dalam belajar.
Merencang pembelajaran kontenporer yang menyatukan satu komponen
yang satu dengan yang lain memang tidak mudah, karena beribu komponen tak
terhitung harus bersinergi agar pembelajaran terlaksana dengan maksimal. Teori
belajar kontenporer, inovatif merupakan teori pembelajaran ang berpusat pada
kontruktivisme. Teori ini berusaha memberikan pelayanan pendidikan dimana
pembelajaran dirancang agar apa hyang dipelajari siswa tidak abstrak dapat
dibayangkan,. Peran guru tidak hanya sebagai pelaksana, namun lebih dari itu
guru merupakan fasilitator bagi siswa untuk mengembangkan segala potensi yang
ada. Dipandang dari kedudukan siswa , diketahui bahwa pembelajaran kontenporer
menempatkan siswa sebagai actor belajar, subyek belajar, oleh karena itu dengan
model pembelajaran yang dirancang guru, siswa diharapkan aktif secara pikiran,
maupun fisik dalam pembelajaran.
Setelah melakukan pembelajaran, system evaluasi yang diterapkan
dalam teori kontruktivisme, dirancang agar tidak sekedar mengevaluasi system pembelajaran
secara eksternal. Namun, evaluasi
pembelajaran dinilai dengan berbasis kelas, proses, dan portofolio. Penilian seperti ini
memberikan motivasi kepada siswa untuk semangat menyusun tugas karena tugas
yang diberikan tidak sekedar tugas rutin. Yang terpenting dalam proses
pembelajaran dan tak boleh terlupakan adalam sumber belajar dan media
pembelajaran. Sumber belajar dan media
dalam teori kontruktivisme tidak pasrah dan manum dengan apa yang diberikan
pemerintah, namun yang terenti adan pengadaan buku dan media adalah kreatifitas
guru. Hakikat LKS dan media pembelajaran adalah produk dan karya guru, tidak bisa LKS
dipatenkan untuk semua sekolah. Oleh
karena itu guru ditantang untuk mengasah kreatifitasnya memanfaatkan lingkungan
yang ada.
Contoh kreativitas guru dalam merancang media pembelajaran diperagakan
oleh teman dari Prof. Dr Marsigit, M.A yang berasal dari jepang untuk mengisi workshop
pengembangan alat peraga IPA. Beliau dari jepangan hanya membawa satu tas dan
tidak membawa alat apa-apa, namum beliau minta untuk diantar untuk kepasar
barang bekas untuk mencari beberapa alat bekas, dan ternyata melalui alat-alat
bekas (hairdryer dan bola) beliau
memberikan contoh alat peraga yang brilliant, ekonomis dan mudah untuk dicari.
Nah inilah contoh bahwa inovasi tergantung pada kreativitas.
Terima Kasih
Arina Husna Zaini
PEP S2 B
17701251024
0 komentar:
Posting Komentar