Senin, 25 Desember 2017

Ideologi Pendidikan: Transformasi Menuju Pendidikan Kontruktivisme


Menyoal pendidikan di Indonesia memang tiada habisnya, pada pertemuan perkuliahan pada  Rabu 29 november 2017 ini kami mencoba menyoroti pembahasan mengenai teori pendidikan yang berusaha dan mencoba untuk melakukan refleksi, evalusi dan transformasi menuju pendidikan kontruktivisme.

Pekembangan pendidikan di Indonesia saat ini masi berorientasi pada tujuan berdasarkan ambisi orang tua, ambisi Negara dan system pendidikan yang ada. Tujuan yang seperti ini cenderung akan menghasibi anak muda. Dimana berbagai rancangan pembelajaran mendiskriminasi para siswa seperti teori belajar , Peran guru yang masih sekedar sebagai pelaksana,  Kedudukan siswa dipandang sebagai empety vessel yang harus diisi,  teori evaluasi yang berpedoman pada evaluasi eksternal beruapa ujian nasional serta sumber belajajr yang dipandang masih tradisional dan kurangnya media pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam belajar.

Merencang pembelajaran kontenporer yang menyatukan satu komponen yang satu dengan yang lain memang tidak mudah, karena beribu komponen tak terhitung harus bersinergi agar pembelajaran terlaksana dengan maksimal. Teori belajar kontenporer, inovatif merupakan teori pembelajaran ang berpusat pada kontruktivisme. Teori ini berusaha memberikan pelayanan pendidikan dimana pembelajaran dirancang agar apa hyang dipelajari siswa tidak abstrak dapat dibayangkan,. Peran guru tidak hanya sebagai pelaksana, namun lebih dari itu guru merupakan fasilitator bagi siswa untuk mengembangkan segala potensi yang ada. Dipandang dari kedudukan siswa , diketahui bahwa pembelajaran kontenporer menempatkan siswa sebagai actor belajar, subyek belajar, oleh karena itu dengan model pembelajaran yang dirancang guru, siswa diharapkan aktif secara pikiran, maupun fisik dalam pembelajaran.  

Setelah melakukan pembelajaran, system evaluasi yang diterapkan dalam teori kontruktivisme, dirancang agar tidak sekedar mengevaluasi system pembelajaran secara eksternal.  Namun, evaluasi pembelajaran dinilai dengan berbasis kelas,  proses, dan portofolio. Penilian seperti ini memberikan motivasi kepada siswa untuk semangat menyusun tugas karena tugas yang diberikan tidak sekedar tugas rutin. Yang terpenting dalam proses pembelajaran dan tak boleh terlupakan adalam sumber belajar dan media pembelajaran.  Sumber belajar dan media dalam teori kontruktivisme tidak pasrah dan manum dengan apa yang diberikan pemerintah, namun yang terenti adan pengadaan buku dan media adalah kreatifitas guru. Hakikat LKS dan media pembelajaran adalah produk dan karya guru, tidak bisa LKS dipatenkan untuk semua sekolah.  Oleh karena itu guru ditantang untuk mengasah kreatifitasnya memanfaatkan lingkungan yang ada.

Contoh kreativitas guru dalam merancang media pembelajaran diperagakan oleh teman dari Prof. Dr Marsigit, M.A yang berasal dari jepang untuk mengisi workshop pengembangan alat peraga IPA. Beliau dari jepangan hanya membawa satu tas dan tidak membawa alat apa-apa, namum beliau minta untuk diantar untuk kepasar barang bekas untuk mencari beberapa alat bekas, dan ternyata melalui alat-alat bekas (hairdryer  dan bola) beliau memberikan contoh alat peraga yang brilliant, ekonomis dan mudah untuk dicari. Nah inilah contoh bahwa inovasi tergantung pada kreativitas.
Terima Kasih
Arina Husna Zaini
PEP S2 B

17701251024

0 komentar:

Posting Komentar